SEJARAH ASYURA : Pesta Duka di Hari Asyura , Pada Hari ‘Asyura, orang-orang Syiah meyakininya sebagai hari sial yang membawa celaka.

Sejak awal bulan Muharram (bahkan selama sebulan penuh) mereka tidak melakukan hal-hal penting di rumah, seperti tidak bermusafir, tidak melakukan pernikahan, tidak berhias, tidak memakai pakaian yang baik, tidak memakan makanan yang enak dan lain-lain.

Bahkan anak yang lahir di bulan Muharram mereka yakini bernasib sial.

Secara khusus, pada hari ‘Asyura, mereka melakukan ritual yang amat mengerikan dengan menyeksa diri dengan benda-benda keras dan tajam.

Semangat untuk menyakiti dan melukakan tubuh sendiri semakin membuak dengan rangsangan sya’ir-sya’ir kisah terbunuhnya Husain bin ‘Ali di Karbala.

Kisah tersebut diselimutkan dengan berbagai pembohongan serta cacian terhadap para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
Syiah Menganggap itu Sebagai Ibadah

Bahkan dalam kitab Syiah sendiri disebutkan,

إن اللطم والتطبير ولبس السواد في عاشوراء والنياحة من أعظم القربات للحسين بل هذه الأفعال من الأعمال الممدوحة

“Sesungguhnya menampar, memainkan pisau ke badan, dan mengenakan pakaian hitam di hari Asyura, juga bentuk niyahah bersedih hati saat itu merupakan di antara bentuk ibadah –pendekatan diri- dalam rangka mengenang Husain. Bahkan amalan seperti ini termasuk amalan terpuji.”

(Lihat: Fatawa Muhammad Kasyif Al Ghitho war Ruhaani wat Tibriziy wa Ghoirihim min Maroji’il Imamiyah)
Bukti kesesatan ‘Pesta Duka’ yang diamalkan oleh Syiah :

#1

Menurut Ibn Kathir, tidak dinafikan setiap Muslim berduka dan sedih ke atas pembunuhan Husin bin Ali di Karbala oleh kerana tipu daya dan muslihat orang munafiq.


Tetapi kedukaan kita tidak sampai kepada mencedarakan diri sendiri, bahka secara beramai-ramai pula sepertimana yang dilakukan oleh Syiah.

Apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah sandiwara dan berpura-pura ke atas kematian Husin RA.

Ibn Kathir mengatakan, sekalipun hendak berduka cita sedemikan rupa, Ali RA lah yang lebih layak untuk mereka tangisi kerana secara pasti darjat Ali lebih mulia dan tinggi daripada Husin.

Tetapi ternyata mereka tidak melakukan demikian. Jadi terbuktilah mereka hanya berpura-pura sedih.
#2

Allah dan Rasul  saja tidak pernah memerintahkan untuk menjadikan hari musibah para nabi atau hari kematian mereka sebagai hari berduka.

Apalagi terhadap hari kematian orang-orang yang kedudukannya di bawah mereka. Seperti para sahabat ataupun tabien.

Jadi dari sudut syariat Islam sendiri, ternyata Syiah yang menjadikan Hari Asyura sebagai hari berduka; yang mana mereka anggap sebagai salah satu bentuk ibadah adalah sesat dan tidak mempunyai dalil sekalipun.

#3

Nabi Muhammad secara jelas telah menghalang seseorang Muslimm itu, daripada berdukacita yang melampau sehingga merosakkan diri sendiri.

Rasulullah telah menerangkan hukum menyeksa diri atas peristiwa musibah yang menimpa seseorang dalam hadis berikut ini:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ

“Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah”

[HR. al-Bukhari dan Muslim]
#4

Perbuatan mencela, menghina dan memfitnah para sahabat merupakan antara perkara yang tidak selayaknya dilakukan oleh seorang Muslim.

Ini kerana, Nabi sendiri telah melarang dengan tegas umatnya mencela para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum:

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

“Jangan kalian mencela para sahabatku. Seandainya salah seorang kalian mengimfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan sampai (nilainya) segegam (pahalanya) salah seorang mereka dan tidak pula separuhnya” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: